Rabu, 10 Juni 2009

MAKALAH ANTROPOLOGI: KEBUDAYAAN ACEH


by: Rizky Novianti


BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki suku dan budaya yang beraneka ragam. Masing-masing budaya daerah saling memperngaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Aceh. Dilihat dari kebudayaannya, Aceh memiliki budaya yang unik dan beraneka ragam. Karena letaknya yang strategis dan juga Aceh merupakan jalur perdagangan, maka kebudayaan Aceh ini banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya melayu, dan Timur Tengah. Beberapa budaya yang ada sekarang adalah hasil dari akulturasi antara budayamelayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri.

Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah, hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang berada di wilayah lain. Sistem kemasyarakatan suku bangsa Aceh, mata pencaharian sebagian besar masyarakat Aceh adalah bertani, tetapi tidak sedikit juga yang berdagang.sistem kekerabatan masyarakat Aceh mengenal Wali, Karong dan Kaom.

Agama Islam adalah agama yang paling mendominasi di Aceh oleh karena itu Aceh mendapat julukan Serambi Mekah. Dari struktur masyarakat Aceh dikenal gampong, mukim, nanggroe dsb. Tetapi pada saat sekarang ini upacara ceremonial yang besar-besaran hanya sebagai simbol sehingga inti dari upacara tersebut tidak tercapai. Pergeseran nilai kebudayaan tersebut terjadi karena adanya penjajahan dan faktor lainnya.

BAB II

KEBUDAYAAN ACEH

A. Letak

Aceh merupakan propinsi yang paling ujung letaknya di sebelah utara pulau Sumatra. Daerah ini dapat dikatakan seluas 55.390 km2. Batas yang paling Utara dari Negara Indonesia adalah salah satu pulau, Pulau We yang termasuk daerah Aceh, yang terletak di lintang Utara 6o. Daerah yang luas ini dibagi dalam delapan daerah tingkat II (Kabupaten) ialah: Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Barat, dan Aceh Selatan.

Dalam sejarah Melayu, nama Aceh adalah Lam Muri; Marco Polo, seorang saudagar Venesia yang singgah di Peureulak pada tahun 1292 menyebutnya Lambri; kemudia orang Portugis mempergunakan nama Akhem; orang Belanda mempergunakan nama Akhin, sedangkan orang Aceh sendiri menyebut daerah mereka Aceh.

B. Bahasa dan Tulisan

Bahasa Aceh termasuk rumpun Bahasa Austronesia. Di daerah Aceh sendiri ada beberapa bahasa yang masing-masing pembicaraannya saling tidak dapat dimengerti. Ini disebabkan karena bahasa-bahasa itu berkembang melalui proses pemecahan dan isolasi yang lama antara kelompok-kelompok yang mengucapkan bahasa-bahasa tersebut. Di propinsi Aceh terdapat empat bahasa:

1. Bahasa Gayo-Alas, yang diucapkan oleh orang-orang Gayo dan Alas, penduduk Aceh Tengah

2. Bahasa Aneuk Jamee, yang khusus merupakan bahasa dari orang-orang Aceh Selatan dan Aceh Barat dan diucapkan kira-kira oleh 20% dari orang Aceh.

3. Bahasa Tamiang, yang tersebar di dekat perbatasan Aceh dengan Sumatra Timur, yang mendapat pengaruh dari bahasa Sumatra Timur dan yang diucapkan kira-kira oleh 10% dari orang Aceh.

4. Bahasa Aceh, yaitu bahasa yang diucapkan oleh penduduk Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, dan sebagian penduduk Aceh Barat, atau 70% dari orang Aceh.

Di samping itu masing-masing daerah Kabupaten mempunyai logat-logat bahasa yang berbeda-beda, dan di daerah lingkungan kabupaten sendiripun logat mereka kadang-kadang berbeda.

Tulisan-tulisan Aceh menggunakan huruf Arab Melayu. Huruf ini dikenal setelah datangnya agama Islam di Aceh. Orang-orang Aceh menyebut huruf Arab-Melayu itu Huruf Jawoe. Sampai saat ini, tulisan-tulisan itulah yang banyak digunakan oleh kalangan orang-orang tua, sehingga oleh karena itu orang Aceh bisa dianggap buta huruf. Berbeda di kalangan muda yang mengikuti pendidikan modern yang lebih mengenal tulisan latin, maka huruf ini tidak dikenal lagi.

C. Bentuk Desa

Desa bagi orang Aceh disebut gampong. Setiap gampong terdiri atas kelompok rumah yang letaknya saling berdekatan dan setiap desa mempunyai 50 sampai 100 buah rumah. Desa merupakan pusat kehidupan masyarakat, yang termasuk ke dalam masyarakat hukum territorial yang terkecil.

Rumah orang Aceh didirikan di atas tiang kayu atau bahan bambu, berdasarkan pada kemampuan orang. Dahulu tujuannya untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas. Rumah itu biasanya berbentuk bujur sangkar dan menghadap dari timur ke barat, tangganya selalu menghadap ke utara atau selatan, atapnya terdiri dari daun rumbia yang dianyam dan kebanyakan mempunyai daya tahan sampai 20 tahun, tiangnya terbuat dari kayu yang telah dijadikan balok-balok, lantainya dibuat dari papan dan terkadang dari bamboo, rumah kuno umumnya tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan tali rotan untuk menyambung. Rumah-rumah itu didirikan berkelompok, dan bagi orang yang memiliki hubungan kekerabatan rumahnya dibangun berderet-deret, dan kadang-kadang hanya dibatasi pagar penghalang. Setiap rumah mempunyai halaman yang ditanami dengan tumbuhan-tumbuhan berguna yang bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Di Aceh Tengah ada bentuk desa yang sedikit berbeda, disana rumah-rumah didirikan berkelompok-kelompok, dan kebun-kebun berda di sekitar kompleks rumah itu.

Rumah-rumah mereka kebanyakan hanya khusus untuk makan malam dan tidur saja, karena selama siang hari mereka mencari kesenangan di luar rumah. Akibatnya ibu menggantikan tugas ayah sebagai pendidik, dan tidak heran apabila anak sudah besar terasa ada sebuah pagar pemisah antara anak dan ayah.

Kegiatan penduduk desa sangat besar bagi kemajuan desa tersebut. Mereka bersama-sama beribadah dan membangun tempat ibadah seperti mesjid dan meunasah (madrasah), bergotong royong untuk kebersihan dan kesehatan desa. Tugas in adalah rutinitas pada hari jum’at, sedangkan hari lain dipakai untuk bekerja di sawah sebagai mata pencaharian pokok dari hampir setiap desa di Aceh.

D. Mata Pencaharian

Mata pencaharian pokok orang Aceh adalah bertani di sawah dan lading dengan tanaman pokok berupa padi, cengkeh, lada, kelapa, dll. Masyarakat yang bermukin di sepanjang pantai umumnya menjadi nelayan.

Sebagian besar orang Alas hidup dari pertanian di sawah atau lading, terutama yang bermukin di kampong (kute). Tanam Alas merupakan lumbung padi di Daerah Istimewa Aceh. Di samping itu penduduk berternak kuda, kerbau, sapi, dan kambing untuk dijual atau dipekerjakan di sawah.

Sedangkan orang Aneuk Jameehidup dari bersawah, berkebun, dan berladang, serta mencari ikan bagi penduduk yang tinggal di daerah [antai. Disamping itu ada yang melakukankegiatan berdagang secara tetap (berniago), salah satunya dengan cara menjajakan barang dagangannya dari kampong ke kampong (penggaleh). Sedangkan pda masyarakat Gayo adalah dominannya berkebun, terutama tanaman kopi.

Mata pencaharian orang Tamiang adalah bercocok tanam padi di sawah atau di lading. Penduduk yang ebrdiam di daerah pantai menangkap ikan dan membuat aran dari pohon bakau. Adapula yang menjadi buruh perkebunan atau pedagang.

E. Sistem Kekerabatan

Dalam sistem kekerabatan, bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga inti dengan prinsip bilateral. Adat menetap sesudah menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orangtua istri selama beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah sepenuhnya.

Pada orang Alas garis keturunan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal atau menurut garis keturunan laki-laki. Sistem perkawinan yang berlaku adalah eksogami merge, yaitumencari jodoh dari luar merge sendiri. Adat menetap sesudah menikah bersifat virilokal, yang terpusat di kediama keluarga pihak laki-laki. Gabungan dari beberapa keluarga luas disebut tumpuk. Kemudian beberapa tumpuk bergabung membentuk suatu federasi adapt yang disebut belah (paroh masyarakat).

Dalam sestem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara budaya Minangkabau dan Aceh. Haris keturunan diperhitungkan berdasarkan prinsip bilateral, sedangkan adat menetap sesudah nikah adalah uxorilikal (tinggal dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihak ayah mempunyai kedudukan yang kuat dalam hal pewarisan dan perwalian, sedangkan ninik mamak berasal dari kerabat pihak ibu. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut rumah tanggo. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama adalah mengasuh anak dan mengatur rumah tangga.

Pada masyarakat gayo, garis keturunan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal. Sistem perkawinan yang berlaku berdasarkan tradisi adalah eksogami belah, dengan adat menetap sesudah nikah yang patrilokal (juelen) atau matriokal (angkap). Kelompok kekerabatan terkecil disebut saraine (keluarga inti). Kesatuan beberapa keluarga inti disebut sara dapur. Pada masa lalu beberapa sara dapur tinggal bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut sara umah. Beberapa buah rumah panjang bergabung ke dalam satu belah (klen).

Dalam sistem kekerabatan masyarakat Tamiang digunakan prinsip patrilineal, yaitu menarik garis keturunan berdasarkan garislaki-laki. Adat menetap sesudah nikah yang umum dilakukan adalah adat matrilokal, yaitu bertempat tinggal di lingkungan kerabat wanita.

F. Sistem Kemasyarakatan

Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

Pada masa lalu Tanah Alas terbagi atas dua daerah kekuasaan yang dipimpin oleh dua orang kejerun, yaitu daerah Kejerun Batu Mbulan dan daerah Kejerun Bambel. Kejerun dibantu oleh seorang wakil yang disebut Raje Mude, dan empat unsur pimpinan yang disebut Raje Berempat. Setiap unsur pimpinan Raje Berempat membawahi beberapa kampung atau desa (Kute), sedangkan masing-masing kute dipimpin oleh seorang Pengulu. Suatu kute biasanya dihuni oleh satu atau beberapa klen (merge). Masing-masing keluarga luas menghuni sebuah rumah panjanga.

Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti kecil yang disebut kampong. Setiap kampong dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak opat, terdiri dari : reje, petue, imeum, dan sawudere. Pada masa sekarang beberapa buah kemukiman merupakan bagian dari kecamatan, dengan unsur-unsur kepemimpinan terdiri atas: gecik, wakil gecik, imeum, dan cerdik pandai yang mewakili rakyat.

G. Religi

Aceh termasuk salah satu daerah yang paling awal menerima agama Islam. Oleh sebab itu propinsi ini dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah", maksudnya "pintu gerbang" yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat dari mana agama tersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli Aceh tidak hilang begitu saja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan setempat mendapat pengaruh dan berbaur dengan kebudayaan Islam. Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasi tersebut melahirkan corak kebudayaan Islam-Aceh yang khas. Di dalam kebudayaan tersebut masih terdapat sisa-sisa kepercayaan animisme dan dinamisme.

H. Kesenian

Corak kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Seni tari yang terkenal dari Aceh antara lain seudati, seudati inong, dan seudati tunang. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi Arab, seperti yang banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan sebagainnya. Selain itu berkembang seni sastra dalam bentuk hikayat yang bernafaskan Islam, seperti Hikayat Perang Sabil.

Bentuk-bentuk kesenian Aneuk Jamee berasal dari dua budaya yang berasimilasi.. Orang Aneuk Jamee mengenal kesenian seudati, dabus (dabuih), dan ratoh yang memadukan unsur tari, musik, dan seni suara. Selain itu dikenal kaba, yaitu seni bercerita tentang seorang tokoh yang dibumbui dengan dongeng.

Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tan saman dan seni teater yang disebut didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat. Di samping itu ada pula bentuk kesenian bines, guru didong, dan melengkap (seni berpidato berdasarkan adat), yang juga tidak terlupakan dari masa ke masa.

I. Peralatan

Orang Aceh terkenal sebagai prajuri-prajurit tangguh penentang penjajah, dengan bersenjatakan rencong, ruduh (kelewang), keumeurah paneuk (bedil berlaras pendek), peudang (pedang), dan tameung (tameng). Senjata-senjata tersebut umumnya dibuat sendiri.

BAB III

KESIMPULAN

Aceh terdiri dari berbagai macam sub suku, diantaranya Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, dsb. Meskipun sama berbahasa Austronesia, tetapi masih saja di setiap kabupaten mempunyai logast yang berbeda-beda. Tidak hanya logat berbiacara, tetapi struktur pembangunan dan tata letak rumah juga berbeda-beda.

Mata pencaharian orang-orang Aceh berbeda-beda, tetapi pada umumnya mereka bercocok tanam di lading dan disawah, dan untuk daerah pesisir pantai menjadi nelayan.

Adat menetap sesudah menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orangtua istri selama beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah sepenuhnya.

Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

Aceh termasuk salah satu daerah yang paling awal menerima agama Islam. Oleh sebab itu propinsi ini dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah", maksudnya "pintu gerbang" yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat dari mana agama tersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli Aceh tidak hilang begitu saja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan setempat mendapat pengaruh dan berbaur dengan kebudayaan Islam. Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasi tersebut melahirkan corak kebudayaan Islam-Aceh yang khas. Di dalam kebudayaan tersebut masih terdapat sisa-sisa kepercayaan animisme dan dinamisme.

Corak kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Seni tari yang terkenal dari Aceh antara lain seudati, seudati inong, dan seudati tunang. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi Arab, seperti yang banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan sebagainnya. Selain itu berkembang seni sastra dalam bentuk hikayat yang bernafaskan Islam, seperti Hikayat Perang Sabil.

Orang Aceh terkenal sebagai prajuri-prajurit tangguh penentang penjajah, dengan bersenjatakan rencong, ruduh (kelewang), keumeurah paneuk (bedil berlaras pendek), peudang (pedang), dan tameung (tameng). Senjata-senjata tersebut umumnya dibuat sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:Djambatan

http://andriansaputra.multiply.com/journal/item/21/SEJARAH_KEBUDAYAAN_ACEH

Sekilas Antropologi



by: Rizky Novianti

1. a. Fase-fase perkembangan Antropologi:

Fase Pertama (sebelum 1800). Datangnya orang Eropa di Benua Afrika, Asia, dan Amerika sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, dan bersamaan dengan itu terbit berbagai tulisan yang ditulis oleh para musafir, pelaut, pegawai agama Nasrani, pegawai pemerintahan, dsb. berupa buku-buku kisah perjalanan, laporan, dll, yang jumlahnya sangat banyak. Di dalam buku itu terdapat pengetahuan berupa deskripsi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik, serta beraneka-warna suku bangsa. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan sebutan etnografi, atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi tersebut menarik perhatian para pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (Kira-kira Pertengahan abad ke-19). Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Ketika sekitar tahun 1860 ada beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi, lahirlah antropologi, yang bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tantang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (Awal Abad ke-20). Dalam fase ketiga ini antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, yang tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat modern yang bersifat kompleks.

Fase Keempat (Sesudah kira-kira 1930). Pada fase ini, antropologi berkembang dengan sangat pesat dan juga seakan-akan kehilangan lapangan penelitiannya karena hilangnya kebudayaan-kebudayaan bangsa pribumi yang dijajah bangsa Eropa akibat terpengaruh kebudayaan Eropa; karena adanya Perang Dunia II yang mengakibatkan kehancuran kehidupan masyarakat, berupa kesenjangan sosial, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tak berujung. Yang menyebabkan ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalama Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

b. Objek dari antropologi adalah manusia dan kebudayaannya. Metode antropologi di bagi dua, yaitu etik dan enik. Etik adalah penelitian yang dilakukan dari luar, kelemahan metode ini adalah tidak dapat mendeskripsikan secara keseluruhan. Sedangkan metode enik adalah melakukan penelitian langsung pada objeknya, kelemahan metode ini adalah adanya pandangan bahwa budaya dirinya lebih baik dari pada yang lain. Bagian ilmu antropologi:

1) Paleontropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya serta evolusi manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil manusia) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.

2) Antropologi Fisik adalah bagian dari antropologi yang mencoba memahami sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan cirri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa cirri-ciri tubuh yang tampak lahir, atau fenotipik, maupun cirri-ciri tubuh yang dalam, atau genotipik.

3) Etnolinguistik/Antropologi linguistic mengkaji bahasa dalam suatu suku bangsa.

4) Etnologi adalah ilmu bagian yang mempelajari asas-asas manusia, dengan cara meneliti sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.

5) Prehistori adalah mengkaji sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi dalam zaman sebelum manusia mengenal huruf.

2. a. Hubungan antara Antropologi dan Sosiologi. Keduanya sama-sama bertujuan untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya. Akan tetapi bedanya, asal mula dan sejarah perkembangannya berbeda, perbedaan pengkhususan pokok dan bahan penelitian serta metode dan masalah yang khusus.

Hubungan antara Antropologi dan Arkeologi. Keduanya sama-sama meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan kuno dalam zaman purba. Tetapi antropologi bisa meneliti bahan dari zaman yang jauh lebih kunodari pada arkeologi, ilmu antropologi berperan untuk meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno, yaitu zaman sebelum manusia mengenal huruf/perhistori. Antropologi juga bisa memberi keterangan tentang bagian dari kebudayaan suatu bangsa yang tidak dapat diberikan oleh ilmu-ilmu lain, seperti arkeologi.

Hubungan antara Antropologi dan Sejarah. untuk menulis sejarah suatu bangsa, antropologi berperan untuk menyediakan bahan prasejarahnya. Begitu juga masalah dalam historiografi dari sejarah suatu bangs dapat dipecahkan oleh metode-metode antropologi, seperti latar belakang sosial dari suatu peristiwa politik. Sebaliknya antropologi memerlukan sejarah untuk memecahkas soal-soal yang terjadi karena masyarakat yang ditelitinya mengalami pengaruh dari kebudayaan luar.

Hubungan antara Antropologi dan Politik. Dalam menganalisa dan meneliti kekeuatan-kekuatan politik, para ahli ilmu politik diharuskan mengkajo masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik itu. sedangkan antropologi memerlukan ilmu politik dlam hal penulisan suatu deskripsi etnografi yang pasti akan berhubungandengan politik lokal, maupun dengan aktivitas-aktivitas dan cabang-cabang politik nasional. Untuk menganalisa gejala-gejala itu dibutuhkan konseop-konsep dan teori-teori ilmu politik.

Hubungan antara Antropologi dan Psikologi. Berhubungan dalam cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu – dengan sejarah, bahasa, praktek, dan kategori konseptualnya sendiri – membentuk proses perolehan kognisi, emosi, persepsi, motivasi, dan kesehatan ental. Juga memeriksa tentang bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi dan proses psikologis sejenis membentuk model proses buday dan sosial.

3. a. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar.

b. Kebudayaan terbentuk karena adanya tindakan yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang terikakt dalam suatu sistem tertentu dan diakui oleh masyarakat itu sendiri atau dijadikan miliknya dengan belajar.

c. manusia memperlajari kebudayaan dengan mengalaminya dan dengan berbicara dengan orang-orang yang hidup menurut peraturan-peraturannya. Sedangkan para ahli antropologi mempelajarinya melalui observasi dan diskusi yang teliti dengan informan-informan yang mengetahui tatacara kebudayaan mereka, kemudian mengabstrasikan sejumlah peraturan untuk menerangkan prilaku orang di dalam kebudayaan tertentu.

d. Etnosentrisme yaitu seseorang yang menilai kebudayaan-kebudayaan lain menurut ukuran yang berlaku dalam kebudayaannya sendiri.

Relativitas kebudayaan yaitu kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran dalam suatu masyarakat harus dipandang sehubungan dengan masyarakat tersebut

BAND OF BROTHERS


Band of Brother adalah mini seri televisi yang di produseri oleh Tom Hanks, Steven Spielberg, stephen Ambrose. bercerita tentang Perang Dunia II Menceritakan pengalaman Company E ("Easy Company") dari 506th Parachute Infantry Regiment, United States 101st Airborne Division dari saat berlatih, pendaratan di Normandy, Operation Market Garden, Pertempuran Bastogne, sampai akhir perang, miniseri ini didasarkan pada buku dengan judul sama tulisan ahli sejarah Stephen Ambrose.
terdiri dari 10 episode dan 2 episode tambahan wawancara serta reunian para E-company yang masih hidup. Di dalam film ini terlihat jelas perjuangan para E-Company bertarung demi memperjuangkan kedamaian di Dunia. Episode yang paling menarik perhatian adalah episode ke 6 (Bastogne) di mana E-company terpojok di salah satu hutan yang bernama Bastogne dalam musim dingin berkabut dan bersalju tebal, dengan bahan makanan yang menipis, persediaan senjata dan peluru yang sedikit, dan kurangnya obat-obatan. Setiap kali markas mengirimkan bantuan obat-obatan dsb. tidak pernah sampai kepada mereka dikarenakan tebalnya kabut.. eh... malah kekirim ke markas lawan... disinilah menariknya episode ini.
Band of brothers... adalah sekumpulan saudara yang terlihat jelas keharmonisan mereka satu sama lain, terbukti pada saat mereka harus kehilangan teman-teman e-company yang paling dekat dengan mereka... bayangkan saja kita melihat sahabat kita sendiri tertembak, terkena bom sehingga tidak bisa diselamatkan, buta, dsb. film ini terasa nyata sekali, tidak akan ada perasaan menyesal setelah menonton film ini. tidak akan mengecewakan.
Tetapi kekurangan dari film ini adalah adanya banyak pemeran/karakter... maklumlah namanya juga film perang. tetapi karakter yang paling kuat dan yang paling berkarisma adalah kapten dick winters. seorang kapten E-company yang sangat menyayangi, menghargai, menghormati para bawahannya. Winters adalah seorang kapten yang paling disukai, dihargai, dihormati oleh seluruh E-company karena dia adalah kapten yang cekatan, dia adalah pemimpin yang sesungguhnya. pemimpin perang yang tidak pernah lari dari medan perang. pemimpin perang yang selalu berada di barisan depan. pemimpin perang yang cekatan yang tidak pernah membiarkan anak buahnya terluka.
Film ini tidak monoton perang... atau politik dsb. ada unsur humornya juga. pasti disetiap scene di saat kapten Nixon atau kapten nick si pemalas, sekaligus gagah perkasa (sahabat terdekat dick winters) sedang bersenda gurau bersama sahabat tercintanya dick winters.


E-Company yang tersisa pada perang yang terakhir (di dalam film)







E-COMPANY










NIXON (NICK) DAN DICK WINTERS. (FILM)






Dick Winters (yang tidak memakai helm) dan Nixon/Nick (yang memakai helm). yang asli






SELAMAT MENYAKSIKAN!!!

Senin, 08 Juni 2009

ajari aku - adrian martadinata (ost iklan simpati)

ajari aku tuk bisa
menjadi yang engkau cinta
agar ku bisa memiliki rasa
yang luar biasa untukku dan untukmu

ku harap engkau mengerti
akan semua yang ku pinta
karena kau cahaya hidupku, malamku
tuk terangi jalanku yang berliku

hanya engkau yang bisa
hanya engkau yang tahu
hanya engkau yang mengerti, semua inginku

(ajari aku 'tuk bisa mencintaimu)
(ajari aku 'tuk bisa mengerti kamu)

mungkinkah semua akan terjadi pada diriku
hanya engkau yang tahu
ajari aku 'tuk bisa mencintaimu