Rabu, 10 Juni 2009

Sekilas Antropologi



by: Rizky Novianti

1. a. Fase-fase perkembangan Antropologi:

Fase Pertama (sebelum 1800). Datangnya orang Eropa di Benua Afrika, Asia, dan Amerika sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, dan bersamaan dengan itu terbit berbagai tulisan yang ditulis oleh para musafir, pelaut, pegawai agama Nasrani, pegawai pemerintahan, dsb. berupa buku-buku kisah perjalanan, laporan, dll, yang jumlahnya sangat banyak. Di dalam buku itu terdapat pengetahuan berupa deskripsi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik, serta beraneka-warna suku bangsa. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan sebutan etnografi, atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi tersebut menarik perhatian para pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (Kira-kira Pertengahan abad ke-19). Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Ketika sekitar tahun 1860 ada beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi, lahirlah antropologi, yang bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tantang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (Awal Abad ke-20). Dalam fase ketiga ini antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, yang tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat modern yang bersifat kompleks.

Fase Keempat (Sesudah kira-kira 1930). Pada fase ini, antropologi berkembang dengan sangat pesat dan juga seakan-akan kehilangan lapangan penelitiannya karena hilangnya kebudayaan-kebudayaan bangsa pribumi yang dijajah bangsa Eropa akibat terpengaruh kebudayaan Eropa; karena adanya Perang Dunia II yang mengakibatkan kehancuran kehidupan masyarakat, berupa kesenjangan sosial, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tak berujung. Yang menyebabkan ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalama Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

b. Objek dari antropologi adalah manusia dan kebudayaannya. Metode antropologi di bagi dua, yaitu etik dan enik. Etik adalah penelitian yang dilakukan dari luar, kelemahan metode ini adalah tidak dapat mendeskripsikan secara keseluruhan. Sedangkan metode enik adalah melakukan penelitian langsung pada objeknya, kelemahan metode ini adalah adanya pandangan bahwa budaya dirinya lebih baik dari pada yang lain. Bagian ilmu antropologi:

1) Paleontropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya serta evolusi manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil manusia) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.

2) Antropologi Fisik adalah bagian dari antropologi yang mencoba memahami sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan cirri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa cirri-ciri tubuh yang tampak lahir, atau fenotipik, maupun cirri-ciri tubuh yang dalam, atau genotipik.

3) Etnolinguistik/Antropologi linguistic mengkaji bahasa dalam suatu suku bangsa.

4) Etnologi adalah ilmu bagian yang mempelajari asas-asas manusia, dengan cara meneliti sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.

5) Prehistori adalah mengkaji sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi dalam zaman sebelum manusia mengenal huruf.

2. a. Hubungan antara Antropologi dan Sosiologi. Keduanya sama-sama bertujuan untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya. Akan tetapi bedanya, asal mula dan sejarah perkembangannya berbeda, perbedaan pengkhususan pokok dan bahan penelitian serta metode dan masalah yang khusus.

Hubungan antara Antropologi dan Arkeologi. Keduanya sama-sama meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan kuno dalam zaman purba. Tetapi antropologi bisa meneliti bahan dari zaman yang jauh lebih kunodari pada arkeologi, ilmu antropologi berperan untuk meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno, yaitu zaman sebelum manusia mengenal huruf/perhistori. Antropologi juga bisa memberi keterangan tentang bagian dari kebudayaan suatu bangsa yang tidak dapat diberikan oleh ilmu-ilmu lain, seperti arkeologi.

Hubungan antara Antropologi dan Sejarah. untuk menulis sejarah suatu bangsa, antropologi berperan untuk menyediakan bahan prasejarahnya. Begitu juga masalah dalam historiografi dari sejarah suatu bangs dapat dipecahkan oleh metode-metode antropologi, seperti latar belakang sosial dari suatu peristiwa politik. Sebaliknya antropologi memerlukan sejarah untuk memecahkas soal-soal yang terjadi karena masyarakat yang ditelitinya mengalami pengaruh dari kebudayaan luar.

Hubungan antara Antropologi dan Politik. Dalam menganalisa dan meneliti kekeuatan-kekuatan politik, para ahli ilmu politik diharuskan mengkajo masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik itu. sedangkan antropologi memerlukan ilmu politik dlam hal penulisan suatu deskripsi etnografi yang pasti akan berhubungandengan politik lokal, maupun dengan aktivitas-aktivitas dan cabang-cabang politik nasional. Untuk menganalisa gejala-gejala itu dibutuhkan konseop-konsep dan teori-teori ilmu politik.

Hubungan antara Antropologi dan Psikologi. Berhubungan dalam cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu – dengan sejarah, bahasa, praktek, dan kategori konseptualnya sendiri – membentuk proses perolehan kognisi, emosi, persepsi, motivasi, dan kesehatan ental. Juga memeriksa tentang bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi dan proses psikologis sejenis membentuk model proses buday dan sosial.

3. a. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar.

b. Kebudayaan terbentuk karena adanya tindakan yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang terikakt dalam suatu sistem tertentu dan diakui oleh masyarakat itu sendiri atau dijadikan miliknya dengan belajar.

c. manusia memperlajari kebudayaan dengan mengalaminya dan dengan berbicara dengan orang-orang yang hidup menurut peraturan-peraturannya. Sedangkan para ahli antropologi mempelajarinya melalui observasi dan diskusi yang teliti dengan informan-informan yang mengetahui tatacara kebudayaan mereka, kemudian mengabstrasikan sejumlah peraturan untuk menerangkan prilaku orang di dalam kebudayaan tertentu.

d. Etnosentrisme yaitu seseorang yang menilai kebudayaan-kebudayaan lain menurut ukuran yang berlaku dalam kebudayaannya sendiri.

Relativitas kebudayaan yaitu kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran dalam suatu masyarakat harus dipandang sehubungan dengan masyarakat tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar