MERIAM KI AMUK
(Meriam Ki Amuk di Museum Situs Kepurbakaalaan
Banten Lama, tampak dari depan 25 Juni 2009)
Foto by: Rizky N
Meriam Ki Amuk merupakan hadiah dari Sultan Demak kepada Sultan Hasanuddin sebagai penguasa di Banten.
Semula meriam ini terletak di tepian kanal di Karangantu (nama tempat di banten) kemudian di tempatkan di sudut alun-alun dekat Keraton Surosowan, pada tahun 1994 dipindah tempatkan di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama Hingga Sekarang.
Meriam ini buatan Turki atas pesanan Sultan Demak terbuat dari perunggu dan pada bagian depan moncongnya tampak hiasan yang melambangkan delapan arah mata angin
Meriam Ki Amuk Berukuran:
Berat : 7 ton, Depan: 60 cm, Panjang : 3,4 m, Belakang: 66 cm.
Pada bagian atas badannya terdapat 3 buah tulisan hurut Arab. Dua diantaranya terbaca " A qibatul chairi salamatul imani" yang merupakan candra sengkala yang menunjuk angka tahun sara 1450 (1528-1529 M) yang lain terbaca " La fata ila ali ila Dzulfikar" (tiada kemenangan tanpa Ali tiada Ali tanpa Pedang Dzulfikar).
Menurut KC Crucq (peneliti meriam-meriam di pesisir Jawa) Meriam Ki Amuk masih ada kaitannya dengan meriam "Ki Jimat" yang diberikan Sultan Demak kepada Syarif Hidayatullah di Cirebon.
(Meriam Ki Amuk di Museum Situs Kepurbakaalaan
Banten Lama, tampak dari depan 25 Juni 2009)
Foto by: Rizky N
Meriam Ki Amuk merupakan hadiah dari Sultan Demak kepada Sultan Hasanuddin sebagai penguasa di Banten.
Semula meriam ini terletak di tepian kanal di Karangantu (nama tempat di banten) kemudian di tempatkan di sudut alun-alun dekat Keraton Surosowan, pada tahun 1994 dipindah tempatkan di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama Hingga Sekarang.
Meriam ini buatan Turki atas pesanan Sultan Demak terbuat dari perunggu dan pada bagian depan moncongnya tampak hiasan yang melambangkan delapan arah mata angin
Meriam Ki Amuk Berukuran:
Berat : 7 ton, Depan: 60 cm, Panjang : 3,4 m, Belakang: 66 cm.
Pada bagian atas badannya terdapat 3 buah tulisan hurut Arab. Dua diantaranya terbaca " A qibatul chairi salamatul imani" yang merupakan candra sengkala yang menunjuk angka tahun sara 1450 (1528-1529 M) yang lain terbaca " La fata ila ali ila Dzulfikar" (tiada kemenangan tanpa Ali tiada Ali tanpa Pedang Dzulfikar).
Menurut KC Crucq (peneliti meriam-meriam di pesisir Jawa) Meriam Ki Amuk masih ada kaitannya dengan meriam "Ki Jimat" yang diberikan Sultan Demak kepada Syarif Hidayatullah di Cirebon.
Smiley.... Numpang bergaya...
Kemarin, anak SPI smstr III juga telah k banten
BalasHapus